Pada hari Minggu lalu, aku diajak kak Fathul untuk mendampinginya mengajar KelasKodeKilat Scratch. Sebenarnya Studio Kode juga sudah mengajakku dari lama, mungkin 1 bulan sebelumnya, tapi karena belum ada informasi lebih lanjut, aku hanya mengiyakan.
Lalu, minggu lalu ibuku menjelaskan rencana itu. Dan aku juga di-briefing oleh kak Fathul 2 kali. Jadi di KelasKodeKilat itu kita akan belajar sebuah materi dari Studio Kode selama 90 menit, materinya juga bermacam-macam, misalnya ada Android Builder, Game & Animation Creator, Digital Literacy Program dan Digital Artist. Nah, di kesempatan kemarin aku menjadi asistennya kak Fathul, kak Fathul mengajarkan tentang simulasi memilah sampah menggunakan Scratch. Karena ini adalah kali pertamaku ikut menjadi asisten di KelasKodeKilat, aku hanya berbicara sedikit, aku menjelaskan tentang konsep proyek kali ini, dan aku juga menjelaskan tentang kategori-kategori sampah dan mengapa pemilahan sampah itu penting. Selebihnya, kak Fathul yang mengurus. Kelasnya ada dua sesi, sesi pertama berisi 6 orang anak-anak yang rerata usianya adalah 11-12, kemudian di sesi kedua rata-rata usia anak-anaknya adalah 9-7 tahun. Dan ternyata, teknik mengajarnya berbeda, agar anak-anak yang lebih kecil bisa tetap fokus dengan materi, kak Fathul juga main tebak-tebakan dengan mereka, agar mereka tidak bosan. Aku jadi belajar cara kak Fathul mengajar, dan bagaimana caranya agar anak-anak tidak bosan, atau misalnya perbedaan cara mengajar untuk remaja dan anak-anak Sekian dariku, wassalamualaikum!
0 Comments
Assalamualaikum teman-teman!
(Bisa dibilang ini adalah part 2 dari postinganku tentang MIT AI2) Dulu, saat aku masih kecil, aku pernah ikut kursus mempelajari Scratch dengan (kalau tidak salah) Coding Bunay. Tapi saat itu aku masih kecil, dan materinya cukup sulit, jadi tidak lama kemudian, aku keluar. Mengapa Scratch banyak digunakan sebagai pengenalan terhadap programming? Karena memang Scratch didesain untuk anak-anak, mulai dari user interfacenya, gambar-gambarnya/Sprite-spritenya, juga karena programmingnya menggunakan bahasa pemrograman visual/block. Berbeda dengan MIT App Inventor 2, output/hasil dari proyek Scratch file .sb3, bukan .apk/.aia Dulu aku sempat menyukai Scratch, tetapi karena aku belum paham apa itu X dan Y, variabel, logika dan lain lain, aku keluar dari kursus. Aku mulai mempelajari Scratch lagi akhir-akhir ini karena Studio Kode membuat acara Kelas Kode Kilat, dan aku menjadi asisten, sedangkan kak Fathul akan menjadi speakernya. Rencananya kami akan mengajarkan software Scratch yang intinya mengajarkan tentang pemilahan sampah. Aku disuruh kak Fathul untuk mencontoh block Scratch yang sudah dibuat kak Fathul, sambil belajar lagi tentang Scratch, terakhir kali aku mencoba-coba Scratch saat masih versi 2, dan ternyata sekarang sudah versi 3. Tidak banyak berubah sih, tapi sekarang lebih putih tampilannya jika dibandingkan dulu. Mungkin itu saja yang bisa aku sampaikan Wassalamualaikum! Di KJI 5, kami dikumpulkan dan di-briefing untuk mengumpulkan semacam proposal tentang apa yang akan kami bagikan kepada kawan-kawan kami, yang berhasil masuk kualifikasi bisa mengajukan diri untuk menjadi speaker, sedangkan untuk MC/Moderatornya, kami juga bisa mengajukan diri ingin menjadi moderatornya siapa. Aku mempersiapkan materi tentang "Make Your Own App!", sehari sebelum itu, aku mengirimkan sebuah aplikasi quiz sederhana ke grup peserta dan aku menyarankan mereka untuk menggunakannya terlebih dahulu, lalu setelah aku mempresentasikan materiku, aku memperlihatkan dan menjelaskan blocknya kepada peserta.
Setelah itu, aku tantang mereka untuk membuat aplikasi quiz juga, tapi mereka bebas mengganti blocknya, yang paling bagus bisa mendapat doorprize! Di hari pertama ada Khansa dan Namira, dengan tema 30 menit panah-Khan saja dan Fun English in Namira's way, sayangnya karena aku harus mengajar di TPQ, aku nggak ikut kelasnya mereka. Keni menjadi moderatornya Namira, sedangkan Bita menjadi moderatornya Khansa. Kemudian hari kedua ada aku dan Bita dengan tema Make your own app dan Yummy chocolate granola bar, dan yang aneh adalah aku deg-degannya 5 menit sebelum aku mulai presentasi. Tapi Alhamdulillah, walaupun terlalu cepat selesai dan aku agak gugup juga, sesinya berjalan dengan lancar, oiya Keni menjadi moderatornya Bita sedangkan Afrand menjadi moderatorku. Hari ketiga, ada kelas Videografi bersama Dhika dan aku sebagai moderatornya, lalu kelas membuat kopi dengan Ismail dan Namira sebagai moderatornya, dan kelas reparasi bersama Syams dan dimoderatori oleh Dhika. Karena jaringannya Dhika kurang bagus, video dan audionya Dhika ngelag, tapi akhirnya bisa dimaklumi oleh peserta. Di hari keempat, ada Keni yang berbicara tentang typeface dan font dengan Khansa sebagai moderatornya, lalu Argya yang mengajak kami jalan-jalan di Belanda sambil dimoderatori oleh Namira, dan terakhir kita akan belajar tentang konsep dasar dalam fotografi bersama Afrand dengan Ismail sebagai moderatornya. Di hari yang sama, sorenya ada om Indra yang berbicara tentang usahanya melestarikan sungai Citarum yang dimulai pada tahun 2001, beliau konsisten melakukan pembersihan sungai sendiri sampai akhirnya dibantu beberapa pemulung pada tahun 2009. Beliau dibantu pemerintah mulai tahun 2018, karena ada temannya kak Indra dari Prancis yang menyusuri sungai Citarum lalu diposting di media sosial, lalu beliau mendapatkan penghargaan Kalpataru pada tahun 2020. (Sayangnya, aku ketiduran saat meetingnya, entah kenapa). Beliau mendirikan sekolah yang SPPnya dibayar dengan sampah hasil memulung di sungai Citarum, Eits, sebelum KJI ditutup, tentunya para peserta akan mengerjakan tantangan dari speaker dulu, dong! Tantanganku adalah membuat aplikasi quiz dengan contoh block yang sudah aku sediakan atau boleh membuat sendiri blocknya, kemudian kirimkan file .aia nya. Yang mengirimkan tantangan kepadaku adalah Aliv, Laksmi, Kinar, Danesh. Dan Laksmi adalah yang paling cepat mengumpulkan tantangannnya dan saat dia aku beri tips untuk memperbaiki aplikasinya, dia juga cepat belajar! Peserta yang lain juga aktif bertanya kepadaku, misalnya si Kinar. Sayangnya, Danesh yang mengaku sudah pernah membuat beberapa aplikasi menggunakan MIT App Inventor 2, mempunyai beberapa bug di aplikasi yang dia kirimkan kepadaku. Sekian dariku, wassalamualaikum! |
BiografiNamaku Raditya Ardi W. Archives
July 2023
Categories |