Assalamualaikum, teman-teman! Setelah di hari pertama kita berkunjung ke ITS, kali ini kita akan menilik Kampung Lawas Maspati. Diawal, kami agak panik, karena kami terlambat dan akhirnya ketinggalan bis, alhamdulillah kami masih bisa menyusul dengan rombongan kedua bersama Tante Ika, Om Dimas, Zaidan, Angga, Bu D, Pak D, dan Keni. By the way, bis yang kami tumpangi ini bukan bis biasa lho! Bis tersebut adalah Suroboyo Bus, yang kami naiki sejak dari terminal Joyoboyo. Suroboyo Bus ini unik banget! Kita bisa menukarkan beberapa AMDK (Air Minum Dalam Kemasan) untuk menaiki bis ini, bis ini juga bisa dikatakan mewah untuk ukuran bis yang bertarif Rp 2.500 bagi pelajar dan Rp 5.000 bagi umum, ada tempat untuk charging, pegangan untuk yang berdiri, tempat duduk khusus lansia, ibu hamil, disabilitas dan orang berkebutuhan khusus lainnya. Bis ini cukup nyaman, bersih, memiliki AC yang sejuk dan air suspension yang nyaman. Kereen! Sumber: djpb.kemenkeu.go.id Kami turun di Halte Pringadi, lalu berjalan menuju Kampung Lawas Mespati. Setelah berjalan kuramg lebih 7-10 menit, sampailah kami di sana. Kampung Lawas Maspati ini terletak di dekat Tugu Pahlawan, di Kecamatan Bubutan, di Jalan Maspati V. Kampung Lawas Maspati ini terdiri dari 2 gang, 5 RT (Rukun Tetangga), Penduduknya berjumlah sekitar 1.300an jiwa, KK/Kepala Keluarganya ada 300an. Pendiri kampung Lawas Mespati adalah Mbah Buyut Suruh. Oia, Kampung Lawas Mespati ini pernah memenangkan lomba Green & Clean Surabaya 3x berturut-turut. Sumber: dokumentasi teman-teman KJI Disini, kami dipandu 2 guide cilik sekaligus, Mas Rafi dan Dek Khadijah, dan juga didampingi penulis buku Surabaya Punya Cerita yakni Cak Ipung dan tokoh masyarakat Pak Subhan. Sumber: dokumentasi teman-teman KJI Di depan gang, ada banyak tanaman Hidroponik yang nantinya akan dibagikan secara merata kepada warga, dan sisanya bisa dijual online melalui WhatsApp Group. Selain itu, juga ada kolam lele yang bisa dipanen warga. Di kampung ini, ada sekolah Ongko Loro. Sekolah Ongko Loro adalah sekolah yang didirikan oleh Pemerintah Belanda dalam rangka menjalankan politik etis, sekedar menghilangkan buta huruf dan mampu berhitung. Sekolah Ongko Loro yang ada di Kampung Lawas Maspati sudah berubah fungsi menjadi rumah biasa. Sumber: dokumentasi pribadi Oiya, selama pandemi, anak-anak warga Kampung Lawas Maspati belajar bahasa Inggris di Taman Baca Maspati. Selain dilengkapi dengan Wi-Fi, Taman Bacanya juga colorful, buku bacaanya banyak, sayangnya kami tidak bisa melihat-lihat taman bacanya. Dan ternyata, di depan taman baca ada TK/Taman Kanak-kanak yang sudah tidak beroperasi. Sumber: dokumentasi pribadi Lalu, ada rumah yang dibangun di tahun 1907, namanya Omah Tua. Dulunya, para pemuda menggunakan rumah ini untuk merencakan strategi perang 10 November 1945. Sekarang menjadi kafe yang beroperasi sejak jam 5 hingga jam 9 atau jam 10 dan menjadi perpustakaan. Sumber: dokumentasi pribadi Destinasi selanjutnya adalah kuburan (dalam bahasa Jawa disebut Pesarehan) dari pendiri Kampung Lawas Maspati Sumber: dokumentasi pribadi Setelah selesai berjalan-jalan, kami beristirahat di tempat kumpul-kumpulnya warga, lalu kami disuruh untuk mengkritisi apa yang kurang dari kampung ini, aku duduk di tempat yang berbeda karena nggak ada tempat duduk. Lalu, pak RWnya menyapaku dan menyuruhku untuk memberi masukan terhadap kampung ini sambil direkam. Aku mencermati di kampung ini hampir semua rumahnya tertata rapi, tapi ada sebuah rumah yang sedang dijual yang (bisa dibilang) sangat kumuh, tidak terawat dan dalam kondisi rusak. Dan, karena telah mengkritik aku diberi hadiah berupa tepak kain. Fair dan Zaidan juga diberi hadiah karena sudah mengkritik. Malahan Zaidan juga diberi buku karena kritikannya bagus. (Sebenarnya masih ada beberapa orang lagi yang ikut mengkritik, tapi aku lupa) Sumber: dokumentasi teman Pulang dari Kampung Maspati, kami berjalan kaki ke halte Alun-alun contong. Di sana kami mampir ke sebuah taman (lengkap dengan playgroundnya) untuk beristirahat sebentar sambil menunggu Surabaya Bus.
Kami kembali ke Terminal Joyoboyo. Teman-temanku dijemput oleh orang tuanya. Setelah itu, kita pulang ke rumah masing-masing
0 Comments
Assalamualaikum teman-teman! Karena aku sudah mendapat liburan PAS dari pesantren, ibuku membuat KJI dengan tema Meet the Maestro. KJI kali ini berbeda, lho! Karena KJI kali ini diselenggarakan secara offline (tetap mematuhi protokol kesehatan, kok) di kota Surabaya selama 2 hari (hari Sabtu (18-12-2021) dan hari Minggu (19-12-2021)). Kopdar KJI ini diikuti oleh 16 peserta, ada Syam, Reza, Fattah, Zaidan, Dhika, Akmal, Angga, Huda, Nabil, Satria, aku, Keni, Bening, Kinar, Fairly dan Aqila Sabtu, 18-12-2021 Aku menuju ke ITS sekitar jam 7.30an, tepatnya kami mengunjungi ITS Robotics Center. Selain menjadi tempat perakitan robot-robot UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) Robotika , ITS Robotics Center digunakan untuk tempat praktikum mahasiswa dan pengujian sinyal 5G yang dikembangkan bersama dengan Nokia, Indosat Ooredo, universitas Oulu dan ITS. Narasumber kali ini adalah pak Rudi, yang telah jauh-jauh datang ke ITS dari Sidoarjo. Pak Rudi sudah memasuki dunia robotika sejak tahun 2005, 2 pekan yang lalu ia memenangkan kejuaraan ABU Robocon di China, kejuaraan membuat robot terbang di Amerika dan kendaraan air otomatis. Pak Rudi sudah menempuh pendidikan hingga S3, lho! Di depan ITS Robotics Center terparkir sebuah mobil golf yang unik, karena ternyata itu adalah iCar, mobil bertenaga listrik otonom (mampu berjalan tanpa pengemudi). Diharapkan di tahun 2022 iCar bisa menjadi mobil komuter yang berhenti di halte-halte kampus yang dipanggil dengan aplikasi tersendiri. Sumber: Dokumentasi teman-teman Lalu, pak Rudi memperkenalkan kami dengan Raisa (Robot Medical Assistant ITS-UNAIR), Raisa bertujuan untuk membawakan logistik bagi pasien tanpa harus melakukan kontak fisik dengan perawat. Raisa digerakkan menggunakan stik PlayStation yang tersambung dengan komputer, komputer ini tersambung dengan Raisa melalui jaringan Wi-Fi. Raisa memiliki roda yang mampu berputar 360 derajat, sehingga memudahkan mobilitas Raisa. Di sebelah kanannya Raisa, ada lampu indikator. Lampu berwarna hijau berarti boleh mendekat/sedang standby, lampu berwarna kuning berarti sedang bergerak, lampu berwarna merah berarti ada error/kerusakan. Beban maksimal yang bisa dibawa Raisa adalah 50 Kg. Di layar monitor Raisa, akan ada video perawat, dan di kanan atas ada video kita, bisa dibilang semacam video call. Secara berkala, Raisa mengirim data kepada tim pembuatnya, sehingga diketahui keaktifannya. Sumber: dokumentasi KJI Pak Rudy juga menunjukkan kami Umaru, Tomo dan Ichiro/Hiro. Mereka adalah robot atletik yang bisa bermain basket, angkat besi, berlari dan memanah. Mereka juga diberi program untuk bangkit sendiri ketika jatuh, karena bisa saja saat lomba mereka terpleset, tersandung, tersenggol (atau disenggol) robot lain. Beberapa pekan yang lalu, robot-robot ini memenangkan perlombaan di China. Harga untuk Ichiro (Yang paling besar) adalah 180 juta, didanai oleh ITS. Umaru, Tomo dan Ichiro diprogram menggunakan bahasa pemrograman C+, C++ dan Python. sumber: dokumentasi KJI Setelah puas melihat-lihat robot humanoid yang kecil, kali ini pak Rudi mengajak kita melihat-lihat robot berukuran sedang, namanya IRIS (ITS Robot Industrial System) pak Rudi mulai mengembangkannya di tahun 2017. Ada robot yang bermain sepak bola, dan ada yang melemparkan anak panah ke dalam tong. Robot yang bermain sepak bola ini ada 5, semuanya mendeteksi bola menggunakan sensor warna. Bentuknya seperti piramida. Di lomba, ada 3 robot yang diuji Rencananya, 2050 bisa bermain sepakbola dengan manusia mengikuti aturan FIFA. Sedangkan robot yang melemparkan anak panah ke dalam pot, bentuknya sederhana, ada satu robot yang melemparkan anak panah, ada lagi yang mondar-mandir. Sayangnya, kami tidak bisa melihat langsung robotnya beroperasi, karena operatornya sedang liburan. Robot ini mengikuti kejuaraan ABU ROBOCON 2021 secara daring dan mendapat peringkat pertama! Bayangkan saja, sejak 2005 memasuki dunia robotika, baru sekarang di tahun 2021 mendapat peringkat 1. Lama sekali, kan? Oleh karena itu, kita jangan menyerah dulu terhadap usaha kita. Pak Rudi menyemangati timnya dengan begini, "Pak, ini kok robotnya ndak bisa jalan sesuai sama harapan kita, ya?" keluh seorang mahasiswa.
"Kamu ngerjakannya mulai kapan?" Pak Rudy balik bertanya. "Sepekan, Pak" "Tambah 1 pekan lagi!", begitu jawab beliau. belum juga ada kemajuan? "Tambah 1 pekan lagi!" dan begitu seterusnya... Alhamdulillah, lama-lama robotnya sudah bisa beroperasi dengan baik. "Intinya jangan cepat menyerah dan berputus asa... InsyaaAllah akan ada jalan," pungkasnya. |
BiografiNamaku Raditya Ardi W. Archives
July 2023
Categories |